Minggu, 07 November 2010

Abstrak: Pendekatan Sastra


Pendekatan Sastra

Dalam sastra terdapat empat pendekatan dalam kajian sastra. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra disebut pendekatan objektif. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada penulis disebut pendekatan ekspresif. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada kajian terhadap semesta atau alam disebut pendekatan mimetik. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada pembaca disebut pendekatan pragmatik.

Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang hanya menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri. Karya sastra dalam hal ini menjadi sesuatu yang inti. Bila tidak ada karya sastra maka tidak ada pembicaraan atau pembahasan tentang kesusastraan.

Pendekatan ekspresif adalah kajian sastra yang melihat kajiannya (karya sastra) pada ekspresi perasaan penulis atau pengarang. Karya sastra tidak akan tercipta bila tidak ada yang menciptakannya sehingga pengarang sangat penting kedudukannya. Bagaimanakah kekhasan pengungkapan pengarang yang muncul dalam cerita? Bagaimana latar belakang pengarang? Bagaimana proses kreatif pengarang yang terkait dengan karya tersebut?

Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan yang ada di luar karya sastra. Menurut Abrams, pendekatan mimetik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dari realita kehidupan. Penelitian yang menggunakan pendekatan ini harus bisa memadukan analisisnya antara sastra dan analisis di luar sastra: apakah ada benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang ditimbulkan? Apakah benda-benda itu ditampilkan dalam kata sifat tertentu? Apakah peristiwa dalam cerita ditampilkan secara wajar atau tidak wajar?

Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap perananan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya sastra, maka karya yang tidak sampai ke tangan pembaca, bukanlah karya sastra.

Abstrak: Semiotik



Sistem Semiotik Sastra

Sastra sebagai sastra yang semiotik. Semiotik sendiri memiliki arti kesatuan hubungan antara penanda dan pertanda. Dalam sastra, semiotik adalah hubungan antara karya sastra dan pembentuk karya sastra itu. Menurut Abrams, karya sastra diciptakan dalam tiga bentuk, yaitu masyarakat atau dunia atau semesta, penulis, dan pembaca. Ketiga unsur itu kita sebut sebagai sistem sastra yang saling berhubungan. Bila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka tidak mungkin karya sastra dapat diciptakan.

Dunia sastra adalah wadah yang membentuk karya sastra, atau dengan kata lain dunia sastra merupakan lingkungan yang mempengaruhi sastrawan untuk membuat karya sastra. Sastrawan menyampaikan ide dan gagasannya yang berupa karya sastra kepada pembaca. Karya sastra tersebut tercipta berkat ide yang didapatkan dari alam semesta atau lingkungan. Sastrawan akan menyampaikan apa yang berhasil diindra, ditanggapi, diingat, dan difantasikannya melalui bahasa sastra.

Sastrawan (penulis) dan pembaca harus sadar bahwa mereka berkomunikasi melalui karya sastra. Secara tidak sadar, akhirnya karya sastra akan sampai pada pembaca, ditujukan untuk pembaca. Dan secara tak sadar pula, pembaca pun akan menerima karya sastra dari sastrawan. Penerimaan itu bisa berupa memahami, mencemooh, menolak, membaca, atau melaksanakan apa yang ada di dalam karya sastra tersebut. Pada pembaca yang kritikus, membaca karya sastra lebih didasarkan pada penilaian baik dan buruk, atau berhasil-gagalnya sebuah karya sastra. Pembacalah yang nantinya menjadi unsur utama hukum seleksi alam bagi karya sastra yang ditawarkan sastrawan.

Jadi, antara penulis dan dunia saling berhubungan erat. Begitu juga antara penulis dan pembaca. Penulis sastra tidak bisa dikatakan sebagai sastrawan apabila karyanya tidak pernah dibaca atau dinikmati pembaca, karena pembaca merupakan proses apresiasi sastra.

Abstrak: Sifat, Fungsi, dan Manfaat Sastra

Nama : Ana Monica Rufisa
NIM   : 108013000022

Sifat, Fungsi dan Manfaat Sastra

Hingga saat ini, belum bisa dibedakan fungsi sastra dan sifat sastra. Seperti kejadian di masa lampau dimana sastra,  filsafat, dan agama tidak bisa dibedakan secara gamblang.  Penyair dan cerpenis, Edgar Allan Poe mengatakan bahwa sastra berfungsi untuk menghibur, sekaligus memberikan, dan mengajarkan sesuatu.

            Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan bermanfaat. Kesenengan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yang tidak mencari keuntungan dan juga memberikan manfaat keseriusan. Keseriusan yang menyenangkan, maksudnya karya sastra tidak hanya memberikan hiburan kepada pembaca tetapi juga tidak melupakan keseriusan penulisnya.

Selain menampilkan unsur keindahan, hiburan, dan keseriusan, karya sastra juga cenderung memiliki unsur pengetahuan, contohnya puisi; keseriusan puisi terletak pada segi pengetahuan yang disampaikannya. Jadi, puisi dianggap sebagai pengetahuan, seperti yang dikatakan oleh filosof terkenal, Aristoteles, bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah karena sejarah berkaitan dengan hal-hal yang terjadi, sedangkan puisi berkaitan dengan hal-hal yang bisa terjadi, yaitu hal-hal yang umum dan mungkin. Lain lagi dengan novel, para novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada psikolog. Sehingga ada yang berpendapat bahwa novel bisa dijadikan inspirasi, pencarian solusi, penyegaran otak, atau menjadi kasus sejarah yang dapat memberikan ilustrasi dan contoh.

Salah satu manfaat sastra adalah untuk menyampaikan pesan emosi, maksudnya membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu. Namun hal itu masih dipertanyakan karena banyak novel yang ditulis atas dasar curahan emosi yang menekan penulisnya.

Jadi, sifat, fungsi, dan manfaat sastra sebenarnya adalah tergantung dari si pembaca itu sendiri. Apakah si pembaca mendapatkan pengetahuan, hiburan, nilai kebenaran, kenikmatan, kegunaan, nilai psikologis, dan lain sebagainya.

Tugas Linguistik 3

SOAL


  1. B – S : Subsistem fonologis merupakan satu dari sistem bahasa.
Jawab
Benar. Bahasa adalah ‘sebuah sistem yang memadukan dunia makna dengan dunia bunyi’. Bahasa merupakan suatu sistem; itu berarti bahwa bahasa itu sistematis dan sekaligus juga sistemis. Bahasa itu terdiri dari beberapa subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika, dan subsistem leksikon. (Harimurti K., 2002:6).


  1. B – S : Fungsi bunyi dalam komunikasi dikaji oleh fonetik.
Jawab
Salah. Fonetik berkenaan dengan proses pembunyian, realisasi, dan penangkapannya melalui indra pendengaran, sedangkan fonologi berkenaan dengan fungsi bunyi-bunyi bahasa itu sebagai satuan bahasa yang memiliki fungsi pembeda, serta merupakan studi fungsi linguistis bahasa. (Rahyono F.X.,2002:45).

  1. B – S :Peranan bunyi dalam komunikasi sebagai ‘encoder’.
Jawab
Benar. Bunyi berperan sebagai ‘encoder’dalam komunikasi. Komunikasi berlangsung dari encoder (communicator) kepada decoder (listener) dengan medium signal yang merujuk pada realita. (Prof. Dr. H. Achmad H.P.)
  1. B – S : Pandangan orang terhadap ujaran menjadi dasar bagi studi fonologi
Jawab
Benar. Dalam buku UNIVERSELE FONOLOGIE ”een inleiding in de klanker” yang ditulis oleh Anneke Neijt menjelaskan bagaimana bentuk bunyi ujaran dengan segala sistem bahasa hingga bunyi ujaran tersebut dapat didengar melalui indra pendengaran. Oleh pengarang menjelaskan semua bentuk bunyi ujaran dalam pembahasan Fonetik dan Fonologi. Baik Fonetik dan Fonologi yang berkenaan dengan satuan terkecil bahasa, yaitu bahasa. Dalam pembahasan Fonetik menjelaskan proses pembunyian, realisasi dan penangkapannya melalui indra pendengaran. Sedangkan Fonologi itu sendiri berkenaan dengan fungsi bunyi bahasa itu sebagai satuan bahasa yang memilki fungsi pembeda atau Distingtif. (http://kurid08.wordpress.com/)

  1. B – S : Fonetik akustik berkaitan dengan proses mental seseorang memahami ujaran
Jawab
Salah. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya. Intensitasnya, dan timbrenya. (Abdul Chaer, 2007:103)

  1. B – S : Fungsi pokok paru-paru adalah untuk berbahasa.
Jawab
Benar. Paru-paru berfungsi untuk memompakan udara dalam proses produksi bunyi, hingga menghasilkan bunyi-bunyi ujaran. Dan ujaran itulah yang kita gunakan untuk berbahasa. (Rahyono F.X., 2002:34).

  1. B – S : Glotis adalah pita suara yang bergetar.
Jawab
Benar. Pada bagian pangkal tenggorokan terdapat pita suara (vocal folds) yang membentuk celah yang disebut glotis. Pita suara mengatur lebar-sempitnya glotis dan menjadi salah satu sumber bunyi yang bergetar akibat aliran udara dari paru-paru menuju ke tenggorokan. (Rahyono F.X., 2002:34).

  1. B – S : Bunyi [b], [d], [g] dihasilkan dengan arus udara yang bergetar.
Jawab
Salah. Bunyi [b], [d], [g] dihasilkan dengan cara menghambat total aliran udara oleh artikulator aktif dan melepaskan secara meletup. (Rahyono F.X., 2002:38).

  1. B- S : Titik temu antara kedua artikulator disebut struktur.
Jawab
Salah. Yang benar yaitu striktur. Striktur adalah keadaan, cara, atau posisi  bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. (Abdul Chaer, 2007:108).

  1. B – S : Bunyi [z] dan [s] adalah bunyi apiko palatal.
Jawab
Salah. Yang benar yaitu laminopalatal. /z/: konsonan laminopalatal, geseran, bersuara. /s/ : konsonan laminopalatal, geseran, tak bersuara. (Abdul Chaer, 2002:119).

  1. B – S : Palatalisasi terjadi pd kata ”biara”.
Jawab
Benar. Palatalisasi dilakukan dengan jalan menaikkan bagian depan lidah sesudah terjadinya artikulasi pertama. (Abdul Chaer, 2002:109).

  1. B – S : Silaba adalah satuan ritmis dalam ujaran yang berintikan kontoid.
Jawab
Salah. Silaba adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran yang mempunyai puncak kenyaringan yang biasanya jatuh pada sebuah vokal.. Satu silaba biasanya meliputi satu vokal, atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. (Abdul Chaer, 2002:123).

  1. B – S : Kluster selalu berdistribusi akhir silaba
Jawab
Salah. Yang berdistribusi pada akhir silaba adalah onset.
14.  B – S :Interlude adalah batas silaba.
Jawab
Benar. Contoh: siabel dari kata demonstrasi. Kita lihat bunyi [s] bisa menjadi onset pada silabel [stra] dan menjadi onset pada silabel [mons]. Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang berurutan disebut interlude. (Abdul Chaer, 2002:124).

  1. B – S : Ciri-ciri dari suprasegmental disebut prosodi.
Jawab
Salah. Prosodi merupakan nama lain dari suprasegmental. Bagian dari bunyi segmental disebut bunyi suprasegmental ata prosodi. (Abdul Chaer, 2002:120).

  1. B – S :Intonasi atau melodi adalah variasi tekanan dalam ujaran.
Jawab
Salah. Intonasi bukan variasi tekanan, melainkan variasi nada atau pitch. (Abdul Chaer, 2002:121)

  1.  B – S :Tanda [/] adalah jeda antarsuku kata kata.
Jawab
Salah. Tanda [/] bukan jeda antarsuku kata, melainkan jeda antarkata dalam frase. (Abdul Chaer, 2002:122).

  1.  B – S : Tanda [#] adalah jeda akhir kalimat.
Jawab
Salah. Bukan akhir kalimat, melainkan jeda antar kalimat dalam wacana. (Abdul Chaer, 2002:122).

  1.  B – S :Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonetik.
Jawab
Salah. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonemik. Sedangkan fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. (Abdul Chaer, 2002:103).


  1.  B – S : Satu dari cara untuk menemukan fonem adalah dengan mencari kata-kata dalam pasangan kontras.
Jawab
Benar. Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang berkontras minimal dengan satuan bahasa yang pertama. (Abdul Chaer, 2002:125).


  1. B – S : Pasangan minimal memiliki unsur yang sama sebagai lingkungan yang sama.
Jawab
Benar. Dua buah kata yang mirip, seperti kata laba dan raba merupakan pasangan minimal. Tetapi kadang-kadang pasangan minimal tidak mempunyai jumlah bunyi yang persis sama. (Abdul Chaer, 2002:126).

  1. B – S : Semua fonem dalam pelaksanaan ujaran memiliki alofon (variasi alofonemis)
Jawab
Benar. Karena alofon adalah realisasi dari fonem. (Abdul Chaer, 2002:128).

  1. B – S : Fonem [b], [p] dan [m] membentuk pola simetri berdasarkan posisi uvula (oral atau nasal)
Jawab
Salah. [b] dan [p] bukan bunyi nasal, melainkan hambat. Tapi [m] merupakan bunyi nasal. (Abdul Chaer, 2002:119).


  1. B – S : Fonem /h/ pada kata “huta” sering diucapkan “uta”. Fenomena ini disebut kontraksi.
Jawab
Benar. Dalam percakapan yang cepat atau dalam situasi yang informal sesekali si penutur menyingkat atau memperpendek ujarannya. (Abdul Chaer, 2002:176).

  1. B – S : Simbol /D/ adalah netralisasi dari bunyi  /b/ dan /d/.
Jawab
Salah. Simbol /D/ dipilih untuk menetralisasi bunyi /b/ dan /t/. (Abdul Chaer, 2002:135).

Tugas Linguistik 2


Pengertian dan Fungsi S-P-O-K

A. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Pada umumnya, subjek berupa nomina, frase nomina, atau sesuatu yang dianggap nomina. Atau dengan kata lain subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri (Putrayasa, 2001).
Contoh:
  • Mereka lari.
  • Mobil itu mewah.
  • Kelas kotor.
  • Kakak bernyanyi.
  • Ibu memasak.

Fungsi Subjek:
a. menyatakan ‘penderita’
Misalnya:
  • Piring itu diletakkan di rak.
  • Pintu itu didobrak petugas.
b. menyatakan ‘alat’
Misalnya:
  • Pisau itu memotong kue.
  • Becak itu membawa ibu.
c. menyatakan ‘pelaku’
Misalnya:
  • Seorang nenek menggunakan kebaya.
  • Mereka sedang melakukan kerja bakti.
d. menyatakan ‘penerima’
Misalnya:
  • Ibu dibelikan cincin berlian.
  • Kakek dikirimi paket dari Surabaya.
e. menyatakan ‘sebab’
Misalnya:
  • Api itu membakar seisi rumah.
  • Lampu itu menerangkan ruangkan.
f. menyatakan ‘hasil’
Misalnya:
  • Karya sastra puisi telah dibukukan oleh penerbit.
  • Undang-undang pornografi telah diresmikan pemerintah.
g. menyatakan ‘tempat’
Misalnya:
  • Tokonya banyak dikunjungi pembeli.
  • Sekolah itu mengadakan bakti sosial.
h. menyatakan ‘terjumlah’
Misalnya:
  • Mobil kakek ada dua buah
  • Kelas kami ada 35 murid.
i. menyatakan ‘dikenal’
Misalnya:
  • Kakek itu pejuang.
  • Orang itu polisi.

B. Predikat
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu. Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan.
Contoh:
  • Adik sakit.
  • Ibu memasak.
  • Dokter memeriksa.
  • Kucing berlari.
  • Rumah itu kosong.

Fungsi Predikat:
  1. menyatakan ‘keadaan’
Misalnya:
§  Dapur itu kotor.
§  Bajunya bagus dan mahal.
  1. menyatakan ‘perbuatan’
Misalnya:
§  Anak itu menendang bola.
§  Susi sedang menjahit baju.
  1. menyatakan ‘pengenal’
Misalnya:
§  Mobil itu mobil impor.
§  Orang itu pegawai bank.
  1. menyatakan ‘pemerolehan’
Misalnya:
§  Andi mendapat juara satu.
§  Santi mempunyai sepeda baru.

  1. menyatakan ‘keberadaan’
Misalnya:         
§  Mereka tinggal di pedalaman.
§  Adik ada di kamar belakang.

C. Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Putrayasa, 2001). Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Contoh:
  • Ibu membeli susu.
  • Doni memecahkan gelas.
  • Kakak mencuci baju.
  • Galuh memanjat tebing.
  • Bapak mengendarai motor.

Fungsi Objek:
  1. menyatakan ‘penderita’
Misalnya:
§  Budi mengerjakan pekerjaan rumah.
§  Bibi menyapu lantai.
  1. menyatakan ‘tempat’
Misalnya:
§  Para undangan memasuki pintu utama.
§  Kami mengunjungi rumahnya.
  1. menyatakan ‘penerima’
Misalnya:
§  Mereka memberikan gurunya tanda mata.
§  Bu Rika menghadiahkan putranya sepeda baru.
  1. menyatakan ‘hasil’
Misalnya:
§  Sastrawan itu sedang membuat novel.
§  Warga desa sedang membuat irigasi.
  1. menyatakan ‘alat’
Misalnya:
§  Pemain bulu tangkis itu mengayunkan raketnya.
§  Pendekar itu menghunuskan pedangnya.

D. Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan bahkan di tengah kalimat (Suparman, 1985; Alwi, et.al, 1998).

Fungsi Keterangan:
Ø  Memberikan keterangan tambahan, biasanya yang ditrengkan adalah kata kerja dan kata sifat.
Ø  Memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Contoh:
§  Karyo pergi ke sekolah.
§  Adik bermain di lapangan.
§  Ibu baru pulang dari pasar.
§  Bayu belajar supaya pintar.
§  Masalah itu diselesaikan secara damai.

Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat:

1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Contoh:
  • Ayu tidak masuk kuliah kemarin.
  • Minggu depan akan diadakan Ujian Akhir Semester.

2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
Contoh:
  • Ayah pergi ke kantor.
  • Baju disimpan dalam lemari.

3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
Contoh:
  • Pencuri itu masuk ke rumah dengan diam-diam.
  • Pertikaian itu diselesaikan secara damai.

4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
Contoh:
  • Rio sedih lantaran sepedanya rusak.
  • Nina lulus karena ia rajin belajar.

5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh:
  • Ia rela berkorban demi anak dan istrinya.
  • Restu rajin berolahraga supaya sehat.

6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (—),atau tanda kurang.
Contoh:
  • Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
  • Anaknya –paling bungsu– menderita kanker otak.

7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh:
  • Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
    Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
  • Andi, buronan polisi, membunuh korbannya.

8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh:
  • Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
    Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
  • Semua murid yang telah mendapat legitimasi boleh mengikuti ujian.

9. Keterangan Alat
Keterangan alat ditandai oleh: dengan.
Contoh:
  • Anita memotong rambutnya dengan gunting.
  • Haris pergi ke sekolah dengan sepeda.

10. Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta ditandai oleh: dengan, bersama, beserta.
Contoh:
  • Para murid datang beserta orang tuanya.
  • Adik bermain bersama kakak.

11. Keterangan Perbandingan
Keterangan perbandingan ditandai oleh: seperti, bagaikan, laksana.
Contoh:
  • Ia berlari seperti kilat.
  • Wajahnya laksana bintang di langit.

12. Keterangan Akibat
Keterangan akibat ditandai oleh: sehingga, akibatnya.
Contoh:
  • Para warga membuang sampah sembarangan sehingga terjadi banjir.
  • Tuti jarang makan akibatnya ia jatuh sakit.

13. Keterangan Perlawanan
Keterangan perlawanan ditandai oleh: meskipun, walaupun.
Contoh:
  • Meskipun sakit Rudi tetap masuk kuliah.
  • Ia terus berlari walaupun kakinya terluka.
14. Keterangan Perwatasan
Keterangan perwatasan ditandai oleh: selain, kecuali.
Contoh:
  • Orang lain dilarang masuk kecuali petugas.
  • Selain mereka, yang lain boleh pergi.

15. Keterangan Syarat
Keterangan syarat ditandai oleh: jika, kalau.
Contoh:
  • Ia boleh pergi berlibur jika nilai ulangannya bagus.
  • Acara akan dimulai kalau pesertanya sudah siap.