Sistem Semiotik Sastra
Sastra sebagai sastra yang semiotik. Semiotik sendiri memiliki arti kesatuan hubungan antara penanda dan pertanda. Dalam sastra, semiotik adalah hubungan antara karya sastra dan pembentuk karya sastra itu. Menurut Abrams, karya sastra diciptakan dalam tiga bentuk, yaitu masyarakat atau dunia atau semesta, penulis, dan pembaca. Ketiga unsur itu kita sebut sebagai sistem sastra yang saling berhubungan. Bila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka tidak mungkin karya sastra dapat diciptakan.
Dunia sastra adalah wadah yang membentuk karya sastra, atau dengan kata lain dunia sastra merupakan lingkungan yang mempengaruhi sastrawan untuk membuat karya sastra. Sastrawan menyampaikan ide dan gagasannya yang berupa karya sastra kepada pembaca. Karya sastra tersebut tercipta berkat ide yang didapatkan dari alam semesta atau lingkungan. Sastrawan akan menyampaikan apa yang berhasil diindra, ditanggapi, diingat, dan difantasikannya melalui bahasa sastra.
Sastrawan (penulis) dan pembaca harus sadar bahwa mereka berkomunikasi melalui karya sastra. Secara tidak sadar, akhirnya karya sastra akan sampai pada pembaca, ditujukan untuk pembaca. Dan secara tak sadar pula, pembaca pun akan menerima karya sastra dari sastrawan. Penerimaan itu bisa berupa memahami, mencemooh, menolak, membaca, atau melaksanakan apa yang ada di dalam karya sastra tersebut. Pada pembaca yang kritikus, membaca karya sastra lebih didasarkan pada penilaian baik dan buruk, atau berhasil-gagalnya sebuah karya sastra. Pembacalah yang nantinya menjadi unsur utama hukum seleksi alam bagi karya sastra yang ditawarkan sastrawan.
Jadi, antara penulis dan dunia saling berhubungan erat. Begitu juga antara penulis dan pembaca. Penulis sastra tidak bisa dikatakan sebagai sastrawan apabila karyanya tidak pernah dibaca atau dinikmati pembaca, karena pembaca merupakan proses apresiasi sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar